“Model Layanan Kesehatan Mental Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus di SLB DIY”


Sebuah pendekatan terhadap kesehatan mental anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berbasis di sekolah adalah krusial untuk memberikan perhatian dan dukungan yang diperlukan. Studi menunjukkan bahwa ABK memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami berbagai gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma, gangguan bipolar, gangguan kepribadian, psikosis, dan skizofrenia.

Namun, akses ABK terhadap layanan kesehatan mental seringkali terbatas, sebagian karena kurangnya pengetahuan praktisi kesehatan mental mengenai kebutuhan ABK dan hambatan komunikasi antara klinisi dan individu berkebutuhan khusus.

Model layanan kesehatan mental berbasis di sekolah dapat memberikan dampak positif bagi ABK, termasuk menurunkan insiden kasus baru dan prevalensi gangguan kesehatan mental secara keseluruhan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi dan menghasilkan buku pedoman yang sesuai untuk implementasi model layanan tersebut.

Jenis layanan kesehatan mental di SLB diidentifikasi meliputi layanan yang terintegrasi dalam pembelajaran akademik dan non-akademik, baik secara formal maupun insidental, dengan tanggung jawab di bawah bagian kesiswaan, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan guru kelas. Layanan ini juga mencakup asesmen kebutuhan siswa sepanjang waktu dan pemberian terapi sesuai gangguan yang dialami, dengan kerjasama dari profesional terkait seperti dokter, psikolog, ortopedagog, dan terapis.

Penting untuk memperhatikan bahwa pendekatan kesehatan mental di sekolah harus mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesehatan mental anak, serta membedakan antara karakteristik kesehatan mental dan karakteristik kebutuhan khusus ABK.

Meskipun sekolah telah menyediakan layanan kesehatan mental bagi siswa, dan para guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) menganggap layanan kesehatan mental sangat penting ,baik dalam bentuk terintegrasi dengan pembelajaran akademik maupun layanan di luar akademik, namun belum dilaksanakan secara optimal dan memerlukan alur yang terprogram dan berkelanjutan serta kerjasama dengan profesional. Serta dirasa masih diperlukannya integrasi yang terarah dan berkelanjutan untuk menangani masalah kesehatan mental ABK secara menyeluruh.

Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk guru, ahli kesehatan, dan praktisi pendidikan khusus, diperlukan untuk merancang dan melaksanakan program kesehatan mental yang efektif bagi ABK di sekolah.

Anak selalu dihadapkan pada faktor protektif dan faktor risiko yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya. Oleh karena itu, perlu adanya program kesehatan mental yang diselenggarakan di sekolah, sebagai tempat di mana anak memperoleh pendidikan.

New Freedom Commission on Mental Health, The Surgeon General, dan American Academy of Pediatrics menyebutkan elemen kunci untuk keberhasilan program kesehatan mental berbasis sekolah, yakni: 1) kerjasama yang terkoordinasi antara sekolah-keluarga-komunitas; 2) komitmen untuk upaya keberlangsungan program kesehatan mental, meliputi, pendidikan kesehatan mental, promosi, asesmen, program pencegahan, intervensi dini, dan penanganan; serta 3) layanan untuk semua anak dan remaja dalam seting pendidikan umum dan pendidikan khusus,

Pendekatan program kesehatan mental berbasis sekolah bertingkat sesuai dengan kondisi kesehatan mental siswa dan tujuan program. Oireachtas Library & Research Service (2012) menyebutkan tiga pendekatan program kesehatan mental berbasis sekolah, yakni:

1. Program Universal, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mental pada keseluruhan populasi siswa. Pendekatan ini merupakan upaya promosi kesehatan mental.

2. Program Target, bertujuan meningkatkan kesehatan mental pada siswa yang berisiko mengalami gangguan pada kesehatan mental. Pendekatan ini merupakan upaya prevensi problem kesehatan mental siswa di sekolah.

3. Program Indikasi, bertujuan untuk mengatasi gangguan kesehatan mental yang dialami siswa. Pendekatan ini adalah upaya intervensi problem kesehatan mental di sekolah.

Sekolah yang menjadi setting penelitian telah menyediakan berbagai layanan kesehatan mental untuk siswa. Layanan ini mencakup dua bentuk: terintegrasi dengan pembelajaran akademik melalui pendidikan karakter dan pembelajaran prososial, serta layanan non-akademik seperti kegiatan pembinaan, terapi sesuai hambatan anak, sosialisasi oleh ahli kepada orang tua, kegiatan pendukung perkembangan sosial emosi, konseling, home visit, field study, dan intervensi dini.

Layanan kesehatan mental ini digolongkan menjadi formal (terencana dan rutin) dan non-formal (insidental dan sesuai situasi). Namun, layanan tersebut belum terintegrasi dalam program yang terarah dan berkelanjutan untuk menangani masalah kesehatan mental Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah.

Meskipun sekolah memiliki sumber daya yang memadai, implementasi layanan kesehatan mental seringkali belum optimal. Sehingga, Sekolah menjalin kerjasama dengan berbagai ahli seperti dokter, puskesmas, rumah sakit, psikolog, ortopedagog, terapis, dan orang tua.

Guru kelas sering kali menanggung beban terbesar, dan pemecahan masalah sering dilakukan tidak secara formal atau berkelanjutan.  Program kesehatan mental di sekolah perlu mempertimbangkan dukungan ekologis, layanan efektif, dan keberlanjutan program berbasis komunitas sekolah dengan sekolah sebagai kunci layanan. Kerjasama berkelanjutan dan komitmen dari semua pihak yang terlibat sangat penting untuk keberhasilan program ini.

Akhir kata, kepedulian sekolah terhadap masalah kesehatan mental pada siswa berkebutuhan khusus perlu ditingkatkan, terutama pada tingkat pencegahan, agar tidak semakin banyak kasus gangguan kesehatan mental pada anak. Pengetahuan guru tentang kesehatan mental juga harus ditingkatkan, sehingga mereka dapat melakukan tindakan pencegahan serta penanganan secara cepat terhadap gangguan kesehatan mental yang terjadi pada siswa berkebutuhan khusus. Selain itu, kerjasama sekolah dengan pihak luar, terutama dalam pemberian layanan kesehatan mental, perlu ditingkatkan, khususnya kerjasama dengan masyarakat dan instansi terdekat seperti kelurahan.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started